Sabtu, 18 Februari 2012

DASAR-DASAR IMAN KATOLIK

Hampir semua denominasi Protestan mengatakan Hanya Alkitab sumber Iman Kristiani (Sola Scriptura) tetapi tidak untuk gereja Katolik. Lalu apakah dengan ini gereja Katolik tidak menghargai kitab suci? oh tentu tidak sebab alkitab sendiri ditetapkan oleh gereja Katolik maka adalah aneh jika justru Katolik tidak menghargai kitab suci (untuk lebih jelasnya baca Sejarah Alkitab). Gereja Katolik menerima Kitab suci sebagai dasar iman tetapi bukan satu-satunya dasar iman. mengapa? sebab masih ada 2 hal yang lain yaitu:
  1. Hak Mengajar Gereja (Magisterium).
    Mengapa Gereja memiliki wewenang mengajar? sebab Gereja adalah Pondasi kebenaran "...jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 tim 3:15) dan juga karena Yesus sendiri memberikan wewenang itu kepada Petrus secara pribadi (Mat 16:18-19)(untuk lebih jelasnya lihat tentang kePausan) dan kepada Para Rasul yang lain (Mat 18:18; Lk 10:16) atas dasar inilah maka jemaatawal taat pada pengajaran para rasul (Kis 2:42). lalu apakah hak mengajar ini hanya untuk para rasul atau diwariskan kepada para penggantinya? tentu saja hak mengajar ini diwariskan sebab Yesus menjanjikan Gereja-Nya akan bertahan sampai sepanjang masa (Matius 28:20), kita tahu para rasul tidak akan bertahan sepanjang masa karena mereka adalah manusia tentu secara akal sehat pastilah wewenang itu diwariskan supaya gereja dengan pola yang sama seperti dahulu (Apostolik) tetap bertahan sepanjang masa.
  2. Tradisi Suci.
    Tradisi Suci adalah ajaran yang tidak tertulis seperti yang diungkapkan dalam:
    1. Kis 2:42 di mana dikatakan bahwa jemaat kristen perdana bertekun dalam pengajaran para rasul, jauh sebelum tulisan-tulisan Perjanjian Baru sendiri lahir. Jadi kehidupan  iman Gereja tidak terbatas pada buku saja,tetapi juga pada ajaran lisan para pemimpin suci yang ditetapkan oleh Tuhan.
    2. 1Kor 15:3 di mana dikatakan oleh Paulus bahwa kebenaran  tentang Yesus Kristus dia terima sendiri (jelas secara lisan)
    3. 2Tes 2:15 dimana Paulus menasehati umatnya: "Berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik itu secara lisan maupun secara tertulis." Ajaran-ajaran yang tidak tertulis semacam itulah yang kita sebut Tradisi.
    4. Yoh 21:25 yang berbunyi: "Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat Yesus, tetapi jikalau sernuanya itu harus dituliskan satu per satu. maka agaknya dunia ini tidak memuat semua kitab yang harus ditulis itu." Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan penulisan injilnya bukanlah untuk mendaftar semua ajaran kristen atau membuat daftar lengkap dari ucapan dan perbuatan Yesus. Yang dia tulis hanyalah hal-hal yang paling mendasar untuk keselamatan manusia. Hal yang sama kiranya berlaku untuk kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya.
    5. "Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang." (Yoh 16:12-13) Bagaimana Roh Kudus akan membimbing kepada keseluruhan kebenaran jika karyanya dibatasi oleh Tradisi yang sudah dibukukan dalam alkitab
 
apakah Tradisi ini terjamin kebenarannya karena tidak tertulis?. Tradisi terjamin kebenarannya karena dipelihara oleh Gereja yang adalah tiang Pondasi kebenaran "...jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 tim 3:15). Contoh Tradisi Suci adalah masalah Maria diangkat ke Surga ini sebenarnya dalah Tradisi Apostolik karena paham ini berkembang sejak jaman dahulu ketika masih dekat dengan masa Para Rasul seperti yang diungkapkan oleh: St. Gregory (594 AD), bishop of Tours, declared that "the Lord . . . commanded the body of Mary be taken in a cloud into paradise; where now, rejoined to the soul, Mary reposes with the chosen ones." St. Germaine I (+732 AD), Patriarch of Constantinople, speaks thusly to Mary, "Thou art . . . the dwelling place of God . . . exempt from all dissolution into dust." And St. John Damascene asserted, "He who had been pleased to become incarnate (of) her . . . was pleased . . . to honor her immaculate and undefiled body with incorruption . . . prior to the common and universal resurrection.".............. hingga akhirnya paham ini dijadikan dogma secara resmi tahun 1 November 1950 oleh Paus Pius XII dan paham ini juga dapat digali dalam alkitab (lihat pada Maria sebagai Tabut perjanjian, Maria dikandung tanpa Noda dosa & Maria diangkat ke Surga) dari contoh jelas Alkitab dan Tradisi saling menunjang bahkan sebenarnya Alkitab adalah Tradisi yang Tertulis seperti yang diungkapkan dalam Lukas 1:1-4 yang bila kita baca prolog injil tsb maka alurnya akan tampak seperti ini: pada mulanya adalah ajaran lisan yang disampaikan orang-orang yang merupakan saksi mata apa yang diperbuat Yesus dan "Pelayan Firman" lalu Penulis injil lukas membukukan semuanya setelah diselidiki kebenarannya supaya memperkuat keyakinan bahwa apa yang sudah diterima (secara Lisan) adalah benar adanya.
(uraian sekilas tentang Tradisi Suci, lihat artikel singkat tentang Tradisi Suci)
Dari uraian mengenai Tradisi - Kitab Suci - Magisterium jelaslah bahwa Dari uraian di atas nampak betapa eratnya hubungan Tradisi dan Alkitab. Oleh karena itu Alkitab harus ditafsirkan dalam konteks dan dalam kesatuan dengan Tradisi. Sulit membayangkan penafsiran Alkitab lepas dari Tradisi, sebab sebelum Alkitab ditulis, Sabda Allah itu sudah lebih dahulu dihayati dalam Tradisi. Sebaliknya, karena penulisan Alkitab itu ada di bawah pengaruh Roh Kudus sendiri, maka Tradisi yang dihayati Gereja di segala jaman itu harus dikontrol dalam terang Alkitab. dan dalam menafsirkan Tradisi & Alkitab Gereja Yesus Kristuslah yang mendapat wewenang untuk mengajar dan wewenang untuk mengajar soal-soal iman dan susila ada di tangan para uskup sebagai pewaris sah para rasul dengan Paus sebagai pemimpin, yakni pengganti Petrus. mengapa? sebab dalam 2 Pet 3:15-16 diingatkan bahwa Alkitab sangat sulit untuk dimengerti sehingga butuh wewenang khusus untuk menafsirkannya dan wewenang itu ada ditangan Gereja yang sudah diberi wewenang oleh Yesus sendiri.

TRADISI SUCI
Allah "menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran" (1Tim 2:4), artinya supaya semua orang mengenal Yesus Kristus. Karena itu Kristus harus diwartakan kepada semua bangsa dan manusia dan wahyu mesti sampai ke Batas-Batas dunia."Dalam kebaikan-Nya Allah telah menetapkan, bahwa apa yang diwahyukan-Nya demi keselamatan semua bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan diteruskan kepada segala keturunan" (DV 7).(KGK 74)
"Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Mahatinggi (lih. 2Kor 1:30; 3:16-4:6), memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta dimaklumkan-Nya sendiri, mereka wartakan kepada semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan, dan dengan demikian dibagi-bagikan karunia-karunia ilahi kepada mereka" (DV 7). (KGK 75)
Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
- secara lisan "oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari";
- secara tertulis "oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga telah membukukan amanat keselamatan" (DV 7). (KGK 76)
Penerusan yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan "tradisi", yang walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya. "Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya seutuhnya" (DV 8). "Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran tradisi itu yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi praktik serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa" (DV 8). (KGK 78)
Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu. Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis atau religius, yang dalam gelindingan waktu terjadi di Gereja-gereja setempat, bersifat lain. Mereka merupakan ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, tradisi-tradisi konkret itu dapat dipertahankan, diubah, atau juga dihapus. (KGK 83)
"Tradisi Suci dan Kitab Suci merupakan satu perbendaharaan keramat Sabda Allah yang dipercayakan kepada Gereja " (DV 10). Di dalamnya Gereja yang berziarah memandang Tuhan, sumber segala kekayaannya, seperti dalam sebuah cermin. (KGK 97)

KITAB SUCI
Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
-- secara lisan "oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari";
-- secara tertulis "oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga telah membukukan amanat keselamatan" (DV 7). (KGK 76)
"Adapun, supaya Injil senantiasa terpelihara secara utuh dan hidup di dalam Gereja, para Rasul meninggalkan Uskup-Uskup sebagai pengganti-pengganti mereka, yang `mereka serahi kedudukan mereka untuk mengajar" (DV 7). Maka, "pewartaan para Rasul, yang secara istimewa diungkapkan dalam kitab-kitab yang diilhami, harus dilestarikan sampai kepenuhan zaman melalui penggantian-penggantian yang tiada putusnya" (DV 8). (KGK 77)
Dengan demikian penyampaian Diri Bapa melalui Sabda-Nya dalam Roh Kudus tetap hadir di dalam Gereja dan berkarya di dalamnya: "Demikianlah Allah, yang dahulu telah bersabda, tiada henti-hentinya berwawancara dengan Mempelai Putera-Nya yang terkasih. Dan Roh Kudus, yang menyebabkan suara Injil yang hidup bergema dalam Gereja, dan melalui Gereja dalam dunia, menghantarkan Umat beriman menuju segala kebenaran, dan menyebabkan Sabda Kristus menetap dalam diri mereka secara melimpah (lih. Kol 3:16)" (DV 8). (KGK 79)
Apa dasar hubungannya Tradisi dan Kitab suci
"Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama" (DV 9). Kedua-duanya menghadirkan dan mendayagunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya "sampai akhir zaman" (Mat 28:20) .
"Kitab Suci adalah pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh ilahi".
"Oleh Tradisi Suci Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia" (DV 9).(KGK 81)
"Dengan demikian maka Gereja", yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan wahyu, "menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya [baik tradisi maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama" (DV 9). (KGK 82)


MAGISTERIUM
Magisterium adalah Wewenang Kuasa mengajar Gereja. dasar Magisterium adalah sebagai berikut :
"Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan alas nama Yesus Kristus" (DV 10).(KGK 85)
"Wewenang Mengajar itu tidak berada di alas Sabda Allah, melainkan melayaninya, yakni dengan hanya mengajarkan apa yang diturunkan saja, sejauh Sabda itu, karena perintah ilahi dan dengan bantuan Roh Kudus, didengarkannya dengan khidmat, dipelihara dengan suci, dan diterangkannya dengan setia; dan itu semua diambilnya dari satu perbendaharaan iman itu, yang diajukannya untuk diimani sebagai hal-hal yang diwahyukan oleh Allah" (DV 10). (KGK 86)
Kaum beriman mengenangkan perkataan Kristus kepada para Rasul: "Barang siapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku" (Luk 10:16) dan menerima dengan rela ajaran dan petunjuk yang diberikan para gembala kepada mereka dalam berbagai macam bentuk. (KGK 87)
Wewenang Mengajar Gereja menggunakan secara penuh otoritas yang diterimanya dari Kristus, apabila ia mendefinisikan dogma-dogma, artinya apabila dalam satu bentuk yang mewajibkan umat Kristen dalam iman dan yang tidak dapat ditarik kembali, ia mengajukan kebenaran-kebenaran yang tercantum di dalam wahyu ilahi atau secara mutlak berhubungan dengan kebenaran-kebenaran demikian. (KGK 88)
Tugas untuk menjelaskan Sabda Allah secara mengikat, hanya di serahkan kepada Wewenang Mengajar Gereja, kepada Paus dan kepada para Uskup yang bersatu dengannya dalam satu paguyuban. (KGK 100)


KESAKSIAN IMAN

Kekuatan Penyembuhan Ekaristi
Luk 8:40-48 berkisah mengenai seorang wanita di antara orang banyak yang dengan penuh harapan in gin berjumpa dengan Yesus. Sudah bertahun-tahun ia mengharapkan kesembuhan. Tidak ada orang yang dapat menyembuhkan dia. Ia mendengar tentang Yesus dan ia percaya. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Seandainya saya dapat menjamah Yesus, saya yakin pasti akan sembuh."
Wanita itu berada di antara kerumunan orang, berusaha maju dan menjamah jumbai jubah Yesus. Menurut Kitab Suci banyak orang berdesak-desakan di sekeliling Yesus. Semua orang ingin melihat Dia dan menyentuh-Nya. Namun wanita ini mempunyai sesuatu dalam pikirannya. Ia percaya, kalau dapat menjamah-Nya ia akan sembuh. Wanita itu menjamah-Nya, lalu Yesus segera berpaling dan bertanya, "Siapa yang menjamah AIm?" Para rasul bertanya, "Guru orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau dan Engkau bertanyasiapa menjamahAku?' Namun Yesus tahu bahwa ada orang yang tidak hanya menjamah secarajasmani. Ada seseorang yang menyimpan harapan, menyimpan keinginan hati yang kita semua punyai kalau kita pergi kepada Yesus - iman yang penuh harapan. Lalu Yesus memandang wanita itu dan berkata kepadanya, "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Kalau membaca kisah dari Kitab Suci ini, banyak orang akan berkata, "Seandainya saya dapat menjamah Yesus! Sungguh akan sangat membahagiakan seandainya dapat berkontak dengan Yesus." Orang lain akan berkata, "Alangkah bahagianya seandainya kita hidup pada zaman Yesus hidup; dapat berjumpa dengan Dia! Kalau demikian saya akan menjamah-Nya dengan iman seperti wanita itu!"
Kita sebagai orang Katolik sering Iupa bahwa kita dapat berbuat lebih daripada sekedar menjamah Yesus. Sebagai orang Katolik kita percaya bahwa kita sungguh menerima Yesus. Kita menguiurkan tangan untuk menerima tubuh Yesus. Tuhan datang dengan perantaraan imam dalam wujud roti dan anggur. Lalu sesuai dengan ajakan Tuhan untuk 'mengambil dan makan', kita menerima Ekaristi dan kita dirasuki oleh Tuhan. Sering kali kita memakai kata 'kerasukan' dalam hubungan dengan setan. Namun sebagai orang Kristen kita harus merasa diri kita sebagai anak-anak yang dirasuki Tuhan dengan kasih-Nya yang besar.
Kalau aku mengenang kembali masa laluku di Irlandia, seharusnya aku lebih menghargai Ekaristi. Selama berabad-abad orang-orang Irlandia telah banyak berkorban demi iman mereka. Di Irlandia ada banyak bukti yang menunjukkan bagaimana nenek moyang kami harus menderita demi Ekaristi. Selama masa penganiayaan yang hebat, para imam dilarang merayakan misa. Dipasang harga untuk kepala seorang imam. Di Irlandia ada banyak 'karang misa'. Para imam harus pergi ke gunung-gunung untuk merayakan misa secara rahasia, kadang-kadang di tengah malam buta. Mereka mencari karang yang datar yang pantas untuk altar dan di situlah misa dirayakan. ltulah sebabnya karang itu disebut 'karang misa' dan dengan cara itulah umat dapat merayakan misa pada masa penganiayaan yang mengerikan. Karang-karang misa itu sampai hari ini masih dipertahankan. Setiap tahun ada perayaan di tempat-tempat itu dan dipersembahkan pula Ekaristi. Ada banyak kisah dalam tradisi suku dan bangsa kami yang dulu pernah menderita untuk melindungi dan mempertahankan Ekaristi. Kita menerima anugerah Roh pada saat baptis. Kita menerima Roh Kudus sepanjang hidup kita - melalui komuni dan semua sakramen.
Ini seperti menerima hadiah ulang tahun. Kalau aku menerima hadiah ulang tahun, hanya tertarik pada bungkus yang indah dan tidak pernah membuka hadiahnya, aku tidak pernah dapat menggunakan isinya. Isinyalah yang berharga, bukan bungkusnya, bukan bagian luarnya. Demikian pula dengan anugerah Roh Kudus. Roh Kudus dianugerahkan kepada kita oleh Yesus sendiri. Yesus berkata,"Aku akan mengutus Roh-Ku dan Ia akan mengajarkan kepadamu segala sesuatu dan menolong kamu untuk mengerti." Di baptis dalam Roh berarti diberi kemungkinan untuk menerima anugerah-anugerah Roh yang diberikan melalui pembaptisan dan terbuka terhadap kekuatan Roh untuk memahami sakramen-sakramen dan daya-dayanya. Baptis dalam Roh memungkinkan kita mengerti semua anugerah yang diberikan kepada kita agar kita berkembang menuju kesucian, Melalui baptis dalam Roh, sakramen-sakramen menjadi lebih bermakna. Sakramen-sakramen diberikan kepada kita tidak sekedar untuk kita bicarakan atau kita sombongkan. Sakramen-sakramen itu harus menjadi berdaya guna dalam kehidupan kita. Kita harus mengalami kekuatan sakramen. Misalnya kalau aku menerima Yesus dalam Ekaristi, aku mencerminkan Tuhan yang telah kuterima itu dalam kehidupanku sehari-hari. Kalau aku berjumpa dengan Yesus dalam sakramen tobat, hidupku harus mencerminkan tobat dan pengampunan. Kalau aku menerima Roh Kudus dalam sakramen penguatan yang memberikan kekuatan kepadaku menjadi seorang Kristen yang kuat, pastilah aku harus berpaling kepada Roh Kudus pada saat aku berhadapan dengan tantangan hidup rohani. Kalau suami-istri menerima Roh Kudus dalam sakramen pernikahan, mereka menerima sakramen yang seperti sungai terus mengalir. Pada saat-saat tertentu mereka dapat berhenti dan menimba kekuatan dari Roh
dalam sakramen yang mereka terima, seperti seseorang yang berhenti pada sungai jernih yang mengalirkan air untuk memuaskan rasa hausnya. Keluarga-keluarga harus menyadari bahwa sakramen yang mereka terima adalah sumber kekuatan yang tidak pernah kering, yang membantu mereka untuk tetap setia dalam janji dan perutusan mereka di dunia ini.
Sakramen tahbisan membuat seorang imam mampu menyatakan kehadiran Kristus melalui pelayanan mereka dan membawa Kristus kepada umat melalui sakramen-sakramen. Juga karena kekuatan Roh Kudus, sakramen ini membuat imam mampu menghayati sepenuhnya panggilan imamat dalam kehidupannya sehari-hari, Sakramen imamat membantu imam atau diakon untuk setiap hari membarui janji-janji yang mereka ucapkan dalam penahbisan.
Sakramen pengurapan orang sakit adalah lebih daripada sekedar upacara. Dengan perantaraan Roh, sakramen ini adalah tempat perjumpaan dengan Yesus Sang Penyembuh. Kekuatan sakramen ini memberikan kesembuhan baik rohani maupun jasmani. Dengan sakramen ini Yesus memberikan pengampunan atas segala dosa. Baptisan dalam Roh meskipun bukan sakramen, membuat kita mampu memahami dan mengalami semua anugerah Roh. Semua anugerah ini, termasuk yang dibicarakan oleh Santo Paulus dalam 1 Kor 12, bekerja dalam kehidupan kita kalau dibutuhkan. Menurut pengalamanku sendiri, dalam pembaptisan dalam Roh yang kuterima ketika aku disembuhkan, Ekaristi mempunyai arti baru. Sebelum itu, yang paling kuperhatikan ialah bagaimana aku menerima Yesus dan apa yang akan kulakukan. Baru beberapa tahun kemudian aku sadar bahwa yang penting dalam Ekaristi bukanlah apa yang kulakukan tetapi yang dilakukan Yesus dan bagaimana aku memberi kemungkinan agar Yesus dapat melakukan sesuatu dalam diriku. Aku harus membiarkan Yesus yang mencintai itu menyembuhkan dan mengubah diriku melalui tubuh dan darah-Nya, Bukan usahaku sendiri, tetapi karya-Nyalah yang mengubah diriku
sumber : Mujizat-mujizat di jaman Modern
Ditulis ulang oleh : Elisabeth SW - Solo

Sumber bahan: www.imankatolik.or.id

PAUS SEPANJANG SEJARAH

Kepala Gereja Katolik di dunia dipanggil dengan sebutan Paus (dari bahasa Yunani pappas, atau bahasa Italia papa, panggilan akrab seorang anak kecil terhadap ayahnya) karena otoritasnya yang superior dan karena dilaksanakan dengan cara yang paternal, mengikuti teladan Yesus Kristus.
Paus Pertama
Dan Aku berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. (Matius 16:18-19)
Suksesi Apostolik
Rasul-rasul yang kudus (Petrus dan Paulus), setelah mendirikan dan membangun Gereja (Katolik di Roma), menyerahkan kursi keuskupan kepada Linus. Paulus menyebutkan tentang Linus ini dalam surat kepada Timotius (2 Timotius 4:21). Dia digantikan oleh Anacletus, dan setelahnya, pada urutan ketiga dari para Rasul, Clement diangkat sebagai uskup. Dia telah bertemu muka dengan para Rasul yang kudus dan bersama-sama mereka. Boleh dikatakan bahwa dia masih mendengar gema kotbah para Rasul, dan menyaksikan tradisi-tradisi mereka dengan mata kepalanya sendiri. Dan tidak hanya dia, karena masih ada banyak lagi yang lain, yang telah diajarkan langsung oleh para Rasul.
...Setelah Clement, Evaristus menggantikan, dan Alexander menggantikan Evaristus. Lalu, yang keenam setelah Rasul, Sixtusdiangkat, setelahnya Telesphorus , yang juga menjadi martir dengan mulia. Lalu Hyginus, dan setelahnya, Pius, dan setelahnya Anicetus. Soter menggantikan Anicetus, dan sekarang, di tempat kedua-belas setelah Rasul, kedudukan uskup jatuh kepada Eleutherus. Dalam urutan ini, dan melalui ajaran para Rasul yang diteruskan dalam Gereja, kotbah kebenaran telah sampai kepada kita.
(Santo Irenaeus, uskup Lyons, Perancis. Lahir tahun 140 - wafat tahun 202. Salah satu Bapa Gereja.)

Sejarah Para Bapa Gereja
  1. Santo Petrus (33-64 atau 33-67)
  2. Santo Linus dari Tuscany (67-76)
  3. Santo Anacletus (atau Cletus) dari Roma (76-88)
  4. Santo Clement I dari Roma (88-97)
  5. Santo Evaristus dari Yunani (97-105)
  6. Santo Alexander I dari Roma (105-115)
  7. Santo Sixtus I dari Roma (115-125)
  8. Santo Telesphorus dari Yunani (125-136)
  9. Santo Hyginius dari Athena, Yunani (136-140)
  10. Santo Pius I dari Aquileia (140-155)
  11. Santo Anicetus dari Emesa, Syria (155-166)
  12. Santo Soter dari Campagna, Italia (166-175)
  13. Santo Eleutheriusdari Nicopolis di Epirus, Yunani (175-189)
  14. Santo Victor I dari Afrika (189-199)
  15. Santo Zephyrinusdari Roma (199-217)
  16. Santo Callixtus I dari Roma (217-222)
  17. Santo Urban I dari Roma (222-230)
  18. Santo Pontian dari Roma (230-235)
  19. Santo Anterus dari Yunani (235-236)
  20. Santo Fabian dari Roma (236-250)
  21. Santo Cornelius dari Roma (251-253)
  22. Santo Lucius I dari Roma (253-254)
  23. Santo Stephen I dari Roma (254-257)
  24. Santo Sixtus II dari Athena, Yunani (257-258)
  25. Santo Dionysius, asal tidak diketahui (259-268)
  26. Santo Felix I dari Roma (269-274)
  27. Santo Eutychian dari Luni (275-283)
  28. Santo Caius dari Dalmatia (283-296)
  29. Santo Marcellinus dari Roma (296-304)
  30. Santo Marcellus I dari Roma (308-309)
  31. Santo Eusebius dari Calabria, Yunani (309-310)
  32. Santo Melchiades atau Miltiades dari Afrika (311-314)
  33. Santo Sylvester I dari Roma (314-335)
  34. Santo Markus dari Roma (336)
  35. Santo Julius I dari Roma (337-352)
  36. Liberiusdari Roma (352-366)
  37. Santo Damasus I dari Spanyol (366-384)
  38. Santo Siricius dari Roma (384-399)
  39. Santo Anastasius I dari Roma (399-401)
  40. Santo Innocentius I dari Albano (401-417)
  41. Santo Zozimus dari Mesuras, Yunani (417-418)
  42. Santo Boniface I dari Roma (418-422)
  43. Santo Celestinus I dari Campania (422-432)
  44. Santo Sixtus III dari Roma (432-440)
  45. Santo Leo I (Agung) dari Tuscany (440-461)
  46. Santo Hilarius dari Sardinia (461-468)
  47. Santo Simplicius dari Tivoli (468-483)
  48. Santo Felix III (II) dari Roma (483-492)
  49. Santo Gelasius I dari Afrika (492-496)
  50. Anastasius IIdari Roma (496-498)
  51. Santo Symmachus dari Sardinia (498-514)
  52. Santo Hormisdas dari Frosinone (514-523)
  53. Santo Yohanes I dari Tuscany (523-526)Martir
  54. Santo Felix IV (III) dari Samnium (526-530)
  55. Boniface II dari Roma (530-532)
  56. Yohanes II(Mercury) dari Roma (533-535)
  57. Santo Agapitus I dari Roma (535-536)
  58. Santo Silverius I dari Campania (536-537)
  59. Vigiliusdari Roma (537-555)
  60. Pelagius I dari Roma (556-561)
  61. Yohanes III dari Roma (561-574)
  62. Benedictus Idari Roma (575-579)
  63. Pelagius IIdari Roma (579-590)
  64. Santo Gregorius I (Agung)dari Roma (590-604)
  65. Sabiniandari Blera di Tuscany (604-606)
  66. Boniface IIIdari Roma (607)
  67. Santo Boniface IVdari Abruzzi (608-615)
  68. Santo Deusdedit (Adeodatus I)dari Roma (615-618)
  69. Boniface Vdari Naples (619-625)
  70. Honorius I dari Campania (625-638)
  71. Severinus dari Roma (640)
  72. Yohanes IV dari Dalmatia (640-642)
  73. Theodore I orang Yunani dari Leventine Koloni di Roma (642-649)
  74. Santo Martin I dari Todi (649-655)
  75. Santo Eugene I dari Roma (654-657)
  76. Santo Vitalian dari Segni (657-672)
  77. Adeodatus II dari Roma (672-676)
  78. Donusdari Roma (676-678)
  79. Santo Agatho dari Yunani dari Sicilia (678-681)
  80. Santo Leo II dari Sicilia (682-683)
  81. Santo Benedictus II dari Roma (684-685)
  82. Yohanes V dari Antiokia, Siria (685-686)
  83. Conon dari Yunani dari Thracian (?) (686-687)
  84. Santo Sergius I orang Siria dari Palermo (687-701)
  85. Yohanes VI dari Yunani (701-705)
  86. Yohanes VIIorang Yunani dari Calabria (705-707)
  87. Sisinnius orang Yunani dari Siria (708)
  88. Constantine dari Siria (708-715)
  89. Santo Gregorius II dari Roma (715-731)
  90. Santo Gregorius III dari Siria (731-741)
  91. Santo Zacharius orang Yunani dari Calabria (741-752)
  92. Stephen II (III) dari Roma (752-757)
  93. Santo Paulus I dari Roma (757-767)
  94. Stephen III (IV)dari Sicilia (768-772)
  95. Adrianus I dari Roma (772-795)
  96. Santo Leo III dari Roma (795-816)
  97. Stephen IV dari Roma (816-817)
  98. Santo Paschal I dari Roma (817-824)
  99. Eugene II dari Roma (824-827)
  100. Valentinus dari Roma (827)
  101. Gregorius IV dari Roma (827-844)
  102. Sergius II dari Roma (844-847)
  103. Santo Leo IV dari Roma (847-855)
  104. Benedictus III dari Roma (855-858)
  105. Santo Nicholas I (Agung) dari Roma (858-867)
  106. Adrianus II dari Roma (867-872)
  107. Yohanes VIII dari Roma (872-882)
  108. Marinus I dari Gallese (882-884)
  109. Santo Adrianus III dari Rome (884-885)
  110. Stephen V (VI) dari Rome (885-891)
  111. Formosus Uskup Porto (891-896)
  112. Boniface VI dari Roma (896)
  113. Stephen VI (VII) dari Roma (896-897)
  114. Romanus dari Gallese (897)
  115. Theodore II dari Roma (897)
  116. Yohanes IX dari Tivoli (898-900)
  117. Benedictus IV dari Roma (900-903)
  118. Leo V dari Ardea (903)
  119. Sergius III dari Roma (904-911)
  120. Anastasius III dari Roma (911-913)
  121. Landus dari Sabina (913-914)
  122. Yohanes X dari Tossignano (Imola) (914-928)
  123. Leo VI dari Roma (928)
  124. Stephen VII (VIII) dari Roma (928-931)
  125. Yohanes XI dari Roma (931-935)
  126. Leo VII dari Roma (936-939)
  127. Stephen VIII (IX) dari Roma (939-942)
  128. Marinus II dari Roma (942-946)
  129. Agapitus II dari Roma (946-955)
  130. Yohanes XII (Octavius) dari Tusculum (955-964)
  131. Leo VIII dari Roma (963-965)
  132. Benedictus V dari Roma (964-966)
  133. Yohanes XIII dari Roma (965-972)
  134. Benedictus VI dari Roma (973-974)
  135. Benedictus VII dari Roma (974-983)
  136. Yohanes XIV (Peter Campenora) dari Pavia (983-984)
  137. Yohanes XV dari Roma (983-996)
  138. Gregorius V (Bruno dari Carinthia) dari Saxony (996-999)
  139. Sylvester II (Gerbert) dari Auvergne (999-1003)
  140. Yohanes XVII (Siccone) dari Roma (1003)
  141. Yohanes XVIII (Phasianus) dari Roma1004-1009
  142. Sergius IV(Peter) dari Roma (1009-1012)
  143. Benedictus VIII (Theophylactus) dari Tusculum (1012-1024)
  144. Yohanes XIX (Romanus) dari Tusculum (1024-1032)
  145. Benedictus IX (Theophylactus) dari Tusculum (1032-1044)
  146. Sylvester III (Yohanes) dari Roma (1045)
  147. Benedictus IX (kedua kalinya) (Theophylactus) dari Tusculum (1045)
  148. Gregorius VI (Yohanes Gratianus) dari Roma (1045-1046)
  149. Clement II (Suitger, Lord Morsleben & Hornburg) dari Saxony (1046-1047)
  150. Benedictus IX (ketiga kalinya) (Theophylactus) dari Tusculum (1047-1048)
  151. Damasus II (Poppo) dari Bavaria, Jerman (1048)
  152. Santo Leo IX (Bruno) dari Alsace (1049-1054)
  153. Victor II (Gebhard) dari Swabia (1055-1057)
  154. Stephen IX (X) (Frederick) dari Lorraine (1057-1058)
  155. Nicholas II (Gerard) dari Burgundy (1059-1061)
  156. Alexander II (Anselmo da Baggio) dari Milan (1061-1073)
  157. Santo Gregorius VII (Hildebrand) dari Tuscany (1073-1085)
  158. Beato Victor III (Dauferius atau Desiderius) dari Benevento (1086-1087)
  159. Beato Urban II (Otto diLagery) dari Perancis (1088-1099)
  160. Paschal II (Raniero) dari Ravenna (1099-1118)
  161. Gelasius II (Giovanni Caetani) dari Gaeta (1118-1119)
  162. Callistus II (Guido dari Burgundi) dari Burgundy, Perancis (1119-1124)
  163. Honorius II (Lamberto) dari Fiagnano (Imola) (1124-1130)
  164. Innocentius II (Gregorio Papareschi) dari Roma (1130-1143)
  165. Celestinus II (Guido) dari Citta di Castello (1143-1144)
  166. Lucius II (Gerardo Caccianemici) dari Bologna (1144-1145)
  167. Beato Eugene III (Bernardo Paganelli di Montemagno) dari Pisa (1145-1153)
  168. Anastasius IV (Corrado) dari Roma (1153-1154)
  169. Adrianus IV (Nicholas Breakspear) dari Inggris (1154-1159)
  170. Alexander III (Rolando Bandinelli) dari Siena (1159-1181)
  171. Lucius III (Ubaldo Allucingoli) dari Lucca (1181-1185)
  172. Urban III (Uberto Crivelli) dari Milan (1185-1187)
  173. Gregorius VIII (Alberto de Morra) dari Benevento (1187)
  174. Clement III (Paulo Scolari) dari Roma (1198-1191)
  175. Celestinus III (Giacinto Bobone) dari Roma (1191-1198)
  176. Innocentius III (Lotario dei Conti di Segni) dari Anagni (1198-1216)
  177. Honorius III (Cencio Savelli) dari Roma (1216-1227)
  178. Gregorius IX (Ugolino, Count Segni) dari Anagni (1227-1241)
  179. Celestinus IV (Goffredo Castiglioni) dari Milan (1241)
  180. Innocentius IV (Sinibaldo Fieschi) dari Genoa (1243-1254)
  181. Alexander IV (Rinaldo) dari Ienne (Roma) (1254-1261)
  182. Urban IV (Jacques Pantalon) dari Troyes, Perancis (1261-1264)
  183. Clement IV (Guy Foulques atau Guido le Gros) dari Perancis (1265-1268)
  184. Beato Gregorius X (Teobaldo Visconti) dari Piacenza (1271-1276)
  185. Beato Innocentius V (Peter dari Tarentaise) dari Savoy (1276)
  186. Adrianus V (Ottobono Fieschi) dari Genoa (1276)
  187. Yohanes XXI (Petrus Juliani atau Petrus Hispanus) dari Portugal (1276-1277)
  188. Nicholas III (Giovanni Gaetano Orsini) dari Roma (1277-1280)
  189. Martin IV (Simon de Brie) dari Perancis (1281-1285)
  190. Honorius IV (Giacomo Savelli) dari Roma (1285-1287)
  191. Nicholas IV (Girolamo Masci) dari Ascoli (1288-1292)
  192. Santo Celestinus V (Pietro del Murrone) dari Isernia (1294)
  193. Boniface VIII (Benedetto Caetani) dari Anagni (1294-1303)
  194. Beato Benedictus XI (Niccolo Boccasini) dari Treviso (1303-1304)
  195. Clement V (Bertrand de Got) dari Perancis (1305-1314)
  196. Yohanes XXII (Jacques d'Euse) dari Cahors, Perancis (1316-1334)
  197. Benedictus XII (Jacques Fournier) dari Perancis (1334-1342)
  198. Clement VI (Pierre Roger) dari Perancis (1342-1352)
  199. Innocentius VI (Etienne Aubert) dari Perancis (1352-1362)
  200. Beato Urban V (Guillaume de Grimoard) dari Perancis (1362-1370)
  201. Gregorius XI (Pierre Roger de Beaufort) dari Perancis (1370-1378)
  202. Urban VI (Bartolomeo Prignano) dari Naples (1378-1389)
  203. Boniface IX (Pietro Tomacelli) dari Naples (1389-1404)
  204. Innocentius VII (Cosma Migliorati) dari Sulmona (1404-1406)
  205. Gregorius XII (Angelo Correr) dari Venice (1406-1415)
  206. Martin V (Oddone Colonna) dari Roma (1417-1431)
  207. Eugene IV (Gabriele Condulmer) dari Venice (1431-1447)
  208. Nicholas V (Tommaso Parentucelli) dari Sarzana (1447-1455)
  209. Callistus III (Alfonso Borgia) dari Jativa (Valencia) (1455-1458)
  210. Pius II (Enea Silvio Piccolomini) dari Siena (1458-1464)
  211. Paul II (Pietro Barbo) dari Venice (1464-1471)
  212. Sixtus IV (Francesco della Rovere) dari Savona (1471-1484)
  213. Innocentius VIII (Giovanni Battista Cibo) dari Genoa (1484-1492)
  214. Alexander VI (Rodrigo Borgia) dari Jativa (Valencia) (1492-1503)
  215. Pius III (Francesco Todeschini-Piccolomini) dari Siena (1503)
  216. Julius II (Giuliano della Rovere) dari Savona (1503-1513)
  217. Leo X (Giovanni de'Medici) dari Florence (1513-1521)
  218. Adrianus VI (Adrian Florensz) dari Utrecht, Jerman (1522-1523)
  219. Clement VII (Giulio de'Medici) dari Florence (1523-1534)
  220. Paulus III (Alessandro Farnese) dari Roma (1534-1549)
  221. Julius III (Giovanni Maria Ciocchi) dari Roma (1550-1555)
  222. Marcellus II (Marcello Cervini) dari Montepulciano (1555)
  223. Paulus IV (Gian Pietro Carafa) dari Naples (1555-1559)
  224. Pius IV (Giovan Angelo de'Medici) dari Milan (1559-1565)
  225. Santo Pius V (Antonio-Michele Ghislieri) dari Bosco (Alexandria) (1566-1572)
  226. Gregorius XIII (Ugo Buoncompagni) dari Bologna (1572-1585)
  227. Sixtus V (Felice Peretti) dari Grottamare (Ripatransone) (1585-1590)
  228. Urban VII (Giambattista Castagna) dari Roma (1590)
  229. Gregorius XIV (Niccolo Sfondrati) dari Cremona (1590-1591)
  230. Innocentius IX (Giovanni Antonio Facchinetti) dari Bologna (1591)
  231. Clement VIII (Ippolito Aldobrandini) dari Florence (1592-1605)
  232. Leo IX (Alessandro de'Medici) dari Florence (1605)
  233. Paulus V (Camillo Borghese) dari Roma (1605-1621)
  234. Gregorius XV (Alessandor Ludovisi) dari Bologna (1621-1623)
  235. Urban VIII (Maffeo Barberini) dari Florence (1623-1644)
  236. Innocentius X (Giovanni Battista Pamfili) dari Roma (1644-1655)
  237. Alexander VII (Fabio Chigi) dari Siena (1655-1667)
  238. Clement IX (Giulio Rospigliosi) dari Pistoia (1667-1669)
  239. Clement X (Emilio Altieri) dari Roma (1670-1676)
  240. Beato Innocentius XI (Benedetto Odescalchi) dari Como (1676-1689)
  241. Alexander VIII (Pietro Ottoboni) dari Venice (1689-1691)
  242. Innocentius XII (Antonio Pignatelli) dari Spinazzola (Venosa) (1691-1700)
  243. Clement XI (Giovanni Francesco Albani) dari Urbino (1700-1721)
  244. Innocentius XIII (Michelangelo dei Conti) dari Roma (1721-1724)
  245. Benedictus XIII (Pietro Francesco-Vincenzo Maria-Orsini) dari Gravina (Bari) (1724-1730)
  246. Clement XII (Lorenzo Corsini) dari Florence (1730-1740)
  247. Benedictus XIV (Prospero Lambertini) dari Bologna (1740-1758)
  248. Clement XIII (Carlo Rezzonico) dari Venice (1758-1769)
  249. Clement XIV (Giovanni Vincenzo Antonio-Lorenzo-Ganganelli) dari Rimini (1769-1774)
  250. Pius VI (Giovanni Angelo Braschi) dari Cesena (1775-1799)
  251. Pius VII (Barnaba-Gregorio-Chiaramonti) dari Cesena (1800-1823)
  252. Leo XII (Annibale della Genga) dari Genga (Fabriano) (1823-1829)
  253. Pius VIII (Fracesco Saverio Castiglioni) dari Cingoli (1829-1830)
  254. Gregorius XVI (Bartolomeo Alberto-Mauro-Cappelari) dari Belluno (1831-1846)
  255. Pius IX (Giovanni M. Mastai-Ferretti) dari Senigallia (1846-1878)
  256. Leo XIII (Gioacchino Pecci) dari Carpineto (Anagni) (1878-1903)
  257. Santo Pius X (Giuseppe Sarto) dari Riese (Treviso) (1903-1914)
  258. Benedictus XV (Giacomo della Chiesa) dari Genoa, Italia (1914-1922)
  259. Pius XI (Achille Ratti) dari Desio, Milan, Italia (1922-1939)
  260. Pius XII (Eugenio Pacelli) dari Roma (1939-1958)
  261. Yohanes XXIII (Angelo Giuseppe Roncalli) dari Sotto il Monte (Bergamo) (1958-1963)
  262. Paulus VI (Giovanni Battista Montini) dari Concescio (Brescia) (1963-1978)
  263. Yohanes Paulus I (Albino Luciani) dari Forno di Canale (Belluno) (1978)
  264. Yohanes Paulus II (Karol Wojtyla) Wadowice, Polandia (1978-2005)
  265. Benedictus XVI (Y. Ratzinger) Bavaria, Jerman (2005-Sekarang

Sumber: www.imankatolik.or.id

Kamis, 16 Februari 2012

STATION OF THE CROSS

I. Yesus dihukum mati
II.Yesus memanggul Salib


III.Yesus jatuh untuk pertama kali

IV.Yesus berjumpah dengan Ibu-Nya


V.Yesus ditolong oleh Simon dari Kirene

VI.Wajah Yesus diusap oleh Veronika
VII. Yesus jatuh untuk kedua kalinya

VIII.Yesus menghibur para Perempuan yang menangisi-Nya




IX. Yesus jatuh untuk ketiga kalinya



X. Pakaian Yesus ditanggalkan
XI.Yesus disalibkan
XII. Yesus Wafat di Salib

XIII. Yesus diturunkan dari Salib

XIV. Yesus dimakamkan








KATEKESE UMAT

KATEKESE
Kata katekese ditemukan dalam :
    • Luk 1:4 (diajarkan),
supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
    • Kis 18:25 (pengaajran dalam jalan Tuhan),
Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.
    • Kis 21:21 (mengajar),
Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita.
    • Rm 2:18 (diajar);
dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak.
    • 1 Kor 14;19 (mengajar)
Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.
    • Gal 5:6 (pengajaran) katekese
Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.
Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistemastis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (Cathechesi Tradendae 18)
dalam konteks ini dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman, tetapi Dewasa ini katekese juga dimengerti sebagai pengajaran sekaligus latihan-latihan bagi para calon baptis, atau kita kenal dengan istilah katekese baptis dan katekese mistagogi
Dengan kata lain katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelaksanaannya terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan pengukuhan serta pendewasaan
Beberapa istilah
    • Katekismus
Buku ajaran iman yang dikeluarkan resmi oelh pimpinan Gereja, Ada yg bersifat universal, ada juga yang nasional dan local
    • Katekese
Pembinaan iman praktis atau kegiatan bina iman, atau dalam sejumlah tulisan katekese juga dimengerti sebagai ilmu yang disejajarkan dengan ilmu pastoral atau teologi
    • Katekumen
Calon Baptis, orang-orang yang belajar percaya
    • Katekumenat
Masa persiapan calon baptis (umumnya 1 tahun)
    • Katekis
Pembina iman/pengajar katekument
    • Kateketik
Ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang memperlajari segala sesuatu yang berkaitan denngan pembinaan iman.
    • Kateketat
Sebutan untuk para pakar bidang ilmu kateketik

KATEKESE LINGKUNGAN

Menyiapkan dan Memotivasi Pengurus Lingkungan
Oleh:
F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr
     Salah satu kekhasan Gereja Katolik Indonesia adalah adanya sistem lingkungan/ kring/stasi dalam pelayanan pastoral parokial-teritorial yang memungkinkan semakin banyak kaum beriman awam terlibat dalam pengembangan Gereja seperti yang diharapkan oleh Konsili Vatikan II (lih. AA 10, AA 24, AG 21). Dan yang menarik, cikal-bakal lingkungan ini ternyata sudah ada jauh sebelum Konsili Vatikan II, bahkan sebelum Perang Dunia II. Pada masa itu para imam Jawa, yakni Rm. Hardjosuwondo SJ dan Rm. Sugiyopranoto,SJ, merintis sistem kring di paroki-paroki Wedi-Klaten, Ganjuran, dan Bintaran (lih. JWM Huub Boelaars, OFM Cap dalam Indonesianisasi: Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia, Kanisius, 2005, hlm. 353). Bahkan para pamong kring ini berperan sebagai gembala bagi umat kringnya, dimana mereka dipercaya untuk memimpin ibadat-ibadat, mengajar calon baptis, juga membimbing umat yang mengalami kesulitan.

Dalam perkembangan waktu, sistem “bapak pamong kring” ini kemudian berkembang menjadi sistem lingkungan yang kemudian juga dimasukkan dalam struktur dewan pastoral paroki. Dalam semangat kepemimpinan partisipatoris, “salib pelayanan” umat di lingkungan tidak lagi “dibebankan” pada pundak ketua lingkungan  saja, tetapi menjadi tanggung jawab para pengurus lingkungan. Keterlibatan para pengurus lingkungan sungguh membantu dan melipatgandakan tenaga dan perhatian pastoral Pastor Paroki. Dan menarik untuk dicermati, “sekolah pelayanan dan kerjasama” para pengurus lingkungan ini sekaligus merupakan salah satu wahana dan peluang untuk mempersiapkan kader-kader pengurus Dewan pastoral paroki.

Menjaring Kader Pengurus Lingkungan
Namun, yang menjadi kendala di lapangan, ternyata tidaklah mudah mencari kader pengurus lingkungan. Ada kecenderungan di antara umat untuk “mengabadikan” para pengurus lingkungan. Kesulitan mencari pengurus lingkungan semakin nyata tatkala lingkungan hendak dimekarkan. Menurut saya, kesulitannya bukan lantaran tidak adanya orang yang mau dan mampu, melainkan karena belum adanya sistem yang mempersiapkan para kader pengurus lingkungan. Selama ini pembekalan dan penyegaran (ketua) pengurus lingkungan ditujukan kepada mereka yang baru atau sudah ditunjuk menjadi pengurus. Maka bila bermaksud menjaring “wajah baru” dalam kepengurusan lingkungan, terlebih demi regenerasi pelayanan umat di lingkungan, kesulitan yang sama terulang: mereka yang akan dipilih dan ditunjuk merasa belum siap lantaran pelbagai dalih dan alasan. Di lain pihak wacana dan literature pelayanan untuk para pengurus lingkungan juga belum tersedia. Selama ini yang ada baru buku panduan untuk misdinar, lektor, prodiakon, dewan paroki, dsb.
Menanggapi keprihatinan pastoral ini, pada liburan musim panas 2008 lalu saya menyempatkan dan memberanikan diri menulis buku “Siap Menjadi Pengurus Lingkungan” yang saya akui sebenarnya hanyalah “tiada rotan akar pun jadi”. Saya berharap, setidaknya wacana dalam buku ini bisa menjadi titik tolak untuk mempersiapkan dan memotivasi (kader) pengurus lingkungan secara lebih serius. Maka dalam tulisan singkat ini, perkenankan saya menyampaikan beberapa hal yang saya bahas dalam buku kecil itu.

Menghidupi Pancatugas Gereja dalam dan bersama Lingkungan
            Setelah membahas keterlibatan kaum beriman awam dalam Gereja (bab 1) dan reksa pastoral Gereja melalui Lingkungan (bab 2), saya mengajak pembaca untuk menghidupi panca tugas Gereja bersama dan dalam lingkungan (bab 3). Mengapa kita perlu mewujudkan panca tugas ini? Sebab Tuhan Yesus sendiri telah memberi perintah kepada kita, para pengikut-Nya, untuk saling mengasihi (Yoh 13:34) dan saling melayani (lih. Yoh 13:14-15). Amanat Kristus ini secara konkret dan terus-menerus perlu kita wujud-nyatakan bersama orang-orang terdekat, yakni keluarga kita dan umat lingkungan terdekat. Dengan jumlah umat paroki yang sedemikian besar, bahkan tidak jarang kita selisih jalan saat merayakan Misa hari Minggu, mewujudkan semangat kasih dan pelayanan dalam lingkup keluarga dan lingkungan terdekat adalah pilihan yang paling realistis.
Memang ada sebagian umat yang merasa masih ”belum butuh lingkungan”, termasuk mereka yang sudah menjadi aktivis di aneka kelompok kategorial. Namun, menurut saya bergabung dalam persekutuan umat di lingkungan-teritorial ini patut diupayakan karena lingkungan merupakan salah satu wahana mewujudkan amanat Kristus tadi. Selain itu, persekutuan umat di lingkungan lebih menampilkan ”wajah Katolik”, dimana umat dari pelbagai latar belakang etnis, budaya, sosial-ekonomi, juga selera dan tingkat rohani, berhimpun dan bersekutu berdasarkan iman akan Kristus (dan tentu saja juga berdasarkan pembagian administrarif-teritorial paroki). Memang pelayanan rohani ”umum-teritorial” di lingkungan ini masih perlu dilengkapi dengan pelayanan aneka kelompok kategorial yang lebih menjawabi kebutuhan dan selera rohani masing-masing pribadi yang berbeda. Demikian pula, dalih betapa sibuknya anggota keluarga sampai tidak ada waktu untuk kegiatan lingkungan, bisa disiasati dengan keterlibatan ”wakil keluarga” sedemikian sehingga komunikasi antara keluarga dan umat lingkungan tidak terputus.
Untuk memahami lebih baik bagaimana mewujudkan panca-tugas gereja dalam dan bersama lingkungan, pembaca diajak merenungkan cara hidup Gereja Perdana dalam Kis 2:41-47. Dari sini selanjutnya pembaca diajak menggagas lebih lanjut bagaimana secara konkret panca tugas tersebut dapat diwujudkan dalam dan bersama lingkungannya.

Belajar dari ide Gereja Diaspora Romo Mangun
            Untuk mendiskusikan penggembalaan dan pengembangan Gereja Katolik Indonesia, kita juga mesti belajar dari wacana Gereja Diaspora yang dilontarkan oleh Romo Mangun. Maka pada bab 4, saya menyajikan poin-poin gagasan Romo Mangunwijaya yang relevan untuk pengembangan Gereja di lingkungan. Seperti diingatkan oleh Romo Mangun, kita perlu menyadari bahwa saat ini umat Katolik Indonesia dihadapkan pada situasi diaspora, maka pelayanan teritorial-tradisional perlulah dilengkapi dengan pelayanan khusus bagi umat yang terdiaspora. Karena itu, para pengurus lingkungan hendaknya juga memahami dan memaklumi, seandainya ada umat yang tidak bisa aktif dalam aneka kegiatan lingkungan lantaran “kediasporaan”-nya. Di lain pihak, para pengurus lingkungan sebagai pribadi kiranya juga perlu mempersiapkan diri menjadi “gembala diaspora” bagi sahabat-kenalan dari lain lingkungan dan paroki. Namun, Romo Mangun berkeyakinan bahwa pelayanan teritorial-tradisional (termasuk lingkungan) ini tetaplah perlu karena hal ini justru menggambarkan kesatuan umat yang beragam dan juga memang ada beberapa sektor yang tetap membutuhkan pelayanan teritorial, seperti anak-anak dan remaja, dunia sekolah, mereka yang sakit, cacat, dan jompo.
            Dalam buku Gereja Diaspora Romo Mangun ‘menggugat’ komitmen dan perhatian Gereja pada kaum miskin dan papa-menderita. Beliau berharap “Mudah-mudahan kejuaraan kita dalam 1001 acara doa, novena, lomba kor gereja, kolasi, rekoleksi, retret, membangun gedung-gedung gereja raksasa maupun kapel molek, dan yang terpenting, membanjiri tempat ziarah sambil berpiknik dan berekspresi kesalehan lain yang indah itu seimbang dengan karya-karya nyata yang meringankan pahit-pedih manusia lain yang menderita dalam segala bentuk. Sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Yesus dan Gereja di zaman para rasul” (Gereja Diaspora, Kanisius, hlm. 175). Maka pertanyaannya, bagaimana secara konkret hal ini bisa diwujudnyatakan dalam hidup menggereja di lingkungan.  Demikian pula penekanan beliau akan pentingnya keluarga sebagai “benteng Gereja Diaspora”, hendaknya menjadi catatan dalam pengaturan aneka kegiatan lingkungan. Dan tidak kalah menariknya adalah menyimak “anjuran Romo Mangun” tentang kriteria pengurus lingkungan dan dewan paroki yang sebaiknya kita pilih dan tunjuk.

Menjadikan Lingkungan Sebagai KBG
            Dalam SAGKI 2000, Gereja Katolik Indonesia mencanangkan Komunitas Basis Gerejani (KBG) sebagai cara baru hidup menggereja agar kehadiran Gereja sungguh memberi arti dan sumbangan bagi masyarakat sekitar (termasuk di kala masyarakat kita menderita akibat aneka bencana alam, “bencana lapindo”, kenaikan BBM, dsb). Memang masih ada perdebatan, apakah lingkungan itu sudah merupakan komunitas basis gerejawi? Daripada mempersoalkan “istilah”, akan lebih baik bila kita mengupayakan agar lingkungan/kring/stasi kita menjadi suatu komunitas basis gerejani. Maka sebagai suatu komunitas basis gerejani, kiranya pembicaraan bersama dengan diterangi Kitab Suci perlu dikembangkan agar umat lingkungan senantiasa menemukan bentuk-bentuk diakonia dan martiria yang relevan untuk situasi-kondisi setempat.

Motivasi dan Spiritualitas Pengurus Lingkungan
            Pada bab-bab selanjutnya, saya memfokuskan perhatian pada pengurus lingkungan secara konkret, mulai dari peran dan kinerjanya, motivasi dan spiritualitas yang perlu dihidupi, sampai aneka “panduan praktis” mewujudkan pelayanan murah hati (termasuk pada umat yang jarang muncul di lingkungan).
Apa yang menjadi motivasi seseorang mau dipilih dan ditunjuk menjadi pengurus lingkungan? Saya memaparkan empat motivasi menerima tanggung jawab pelayanan di lingkungan ini (tentu dengan menimba inspirasi dari Kitab Suci dan Ajaran Gereja):
    1. Merealisasikan tugas perutusan yang telah diemban sejak menerima Sakramen Krisma, khususnya tugas sebagai gembala.
    2. Sebagai perwujudan cinta kepada Tuhan Yesus dan Gereja,
    3. Mempersembahkan talenta untuk “pembangunan jemaat”
    4. Ajakan untuk terus memurnikan motivasi pelayanan
Sementara berkaitan dengan Spiritualitas yang patut dihidupi oleh para pengurus lingkungan, saya paparkan tiga hal:
    1. Mengemban pelayanan murah hati seperti diilustrasikan dalam cover buku (saling membasuh kaki).
    2. Semangat misioner, yakni siap sedia diutus, tidak harus pergi ke luar negeri, tetapi berani keluar dari kepentingan diri dan mulai terarah pada orang lain. Maka bagaimana secara konkret semangat 2D2K: Doa-Derma-Korban-Kesaksian, dapat diwujudnyatakan oleh para pengurus lingkungan.
    3. Makna bekerjasama sebagai satu tim, seperti halnya Kristus mengutus para murid-Nya pergi berdua-dua.
Menanggapi Dalih Tidak Mau Melayani
            Ada banyak dalih dan alasan bisa disebut yang membuat para kader pengurus lingkungan merasa diri belum siap, seperti tidak layak dan tidak pantas, tidak mampu, tidak ada waktu, dst. Saya mencoba menanggapi aneka dalih tersebut untuk memotivasi para pengurus lingkungan. Asalkan ada kemauan, kemampuan dan ketrampilan bisa diupayakan dan ditingkatkan. Asalkan ada kemauan, akan berusaha menyempatkan waktu. Namun, untuk para “aktivis Gereja” yang sudah sibuk dengan aneka pelayanan dan tanggung jawab, sebaiknya membatasi diri menerima “jabatan” pelayanan ini agar tidak mengecewakan umat ataupun menelantarkan keluarga. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para pengurus lingkungan, saya berikan daftar buku yang bermanfaat untuk pelayanan umat di lingkungan.
            Selanjutnya, saya uraikan pula soal doa lingkungan dan bagaimana secara praktis memandu doa lingkungan dan menyusun renungan untuk ibadat syukur/permohonan di lingkungan. Dan tentunya saya bahas pula “Seputar Ketua Lingkungan” dan “Pengurus Lingkungan dan Keluarganya”.

Persoalan Klasik di Lingkungan
Berangkat dari pengamatan dan pengalaman mendampingi para pengurus lingkungan di paroki, saya mendapati setidaknya ada selusin persoalan klasik di lingkungan. Maka dalam buku ini saya juga mengangkat dan mendiskusikan aneka persoalan klasik itu agar bisa menjadi pembelajaran bersama bagi (kader) pengurus lingkungan, yakni:
    1. "Jemput bola" gembala proaktif kepada: warga pindahan baru, katekumen, calon penerima sakramen, yang terbaring sakit, yang kurang aktif, dan yang miskin dan berkekurangan.
    2. Pelayanan bagi yang berduka: penerimaan Sakramen Perminyakan, pelayanan bagi warga yang meninggal, dukungan bagi keluarga yang berkabung, dan pelayanan doa-misa arwah.
    3. Pemberdayaan potensi umat
    4. Transparansi keuangan lingkungan
    5. Managemen Konflik dan Perbedaan
    6. Guyon Berlebihan
    7. Managemen Gossip
    8. Alokasi Waktu dan Jam Karet
    9. Koq Sedikit yang ikut Pendalaman Iman?
    10. Melibatkan Generasi Muda
    11. Lingkungan Vs Ekumene
    12. Penyakit: Post Power Sindrom.
Tiada Rotan Akar Pun Jadi
Sebagaimana saya singgung di awal tulisan ini, buku Siap Menjadi Pengurus Lingkungan sungguh saya sadari dan akui sekedar ”tiada rotan akar pun jadi” mengingat keterbatasan pengalaman pastoral parokial saya dan saya tidak studi khusus bidang ini. Namun, saya menyadari akan ”bagian saya” (bdk. 1 Kor 12:18)) untuk merumuskan aneka pengalaman pendampingan para rekan pastor paroki (tentu sejauh yang saya amati dan alami) kepada para pengurus lingkungan dengan harapan buku kecil ini bisa menjadi titik tolak pembicaraan bersama untuk mempersiapkan dan memotivasi para pengurus lingkungan. Dan tentunya saya tidak berpretensi untuk menyelesaikan semua persoalan pelayanan di lingkungan, tetapi berharap bahwa lontaran ide dan wacana ini dibicarakan lebih lanjut oleh para pengurus lingkungan dan pastor paroki agar semakin relevan dan aplikatif di lapangan. Akhirnya, selamat mempersiapkan kader pengurus lingkungan demi pengembangan Gereja Katolik Indonesia di masa mendatang.
Convitto San Tommaso - Roma, 27 Juni 2008

Sumber: http://www.imankatolik.or.id

Sabtu, 11 Februari 2012

PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASA PRAPASKAH s/d PASKAH 2012

NO.  HARI/TANGGAL     PERAYAAN      KEGIATAN   WAKTU   TEMPAT
---------------------------------------------------------------------------------
01     Rabu,22 Pebr            Rabu Abu          Misa & Pene-   19.00       Gereja
                                                                    rimaan Abu
02     Minggu,1 Apr            Minggu Palma    Misa M.Palma   08.00       Gereja
03     Kamis,  5 Apr           Kamis Putih        Misa                  19.00      Gereja
04     Jumat,   6 Apr           Jumat Agung     -Jalan Salib         08.00        Gereja
                                                                   -Ibdt J.Agung    15.00        Gereja
05     Sabtu,   7 Apr           Malam Paskah      Misa               19.00       Gereja
06     Minggu, 8 Apr           Minggu Paskah     Misa               08.00       Gereja
---------------------------------------------------------------------------------

Lingkungan St.Matius mendapat tugas membersihkan Gereja,Tatib dan Persembahan
pada misa Rabu Abu.
Selain tugas-tugas tersebut,Lingkungan St.Matius mendapat giliran tugas Koor
untuk MALAM KAMIS PUTIH.

Informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan ini akan disampaikan kemudian.
TUHAN YESUS MEMBERKATI.

Sabtu, 04 Februari 2012

HARI MINGGU BIASA V/B


Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA V [Tahun B],  5-2-12) 

Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus bersama Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Seluruh penduduk kota itu pun berkerumun di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang terpencil dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya mencari-cari Dia. Ketika mereka menemukan-Nya, mereka berkata kepada-Nya, “Semua orang mencari Engkau.”  Jawab-Nya, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota sekitar ini, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.”  Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.  (Mrk 1:29-39)

HOMILI…
Saudara/saudari yang terkasih dalam Kristus,
Pernahkah anda merasa pada suatu pagi hari, bahwa bapak/ibu sungguh merasa tidak mampu bangkit dari tempat tidur? Barangkali sesuatu yang tidak/kurang senangi masuk dalam jadual  hari itu; misalnya pertemuan dengan para wakil serikat sekerja dalam rangka PHK puluhan orang buruh pabrik karena kebijakan reduksi biaya perusahaan, mengunjungi ibu mertua yang sedang diopname di rumah sakit, atau karena anda memang sedang tidak enak badan, dlsb.
Seperti ibu mertua Simon Petrus yang sedang menderita sakit demam, kita juga dapat dibuat tertekan oleh beban-beban yang bersifat fisik, emosional atau spiritual. Selama masa-masa “penderitaan” seperti itu, kita dapat mengalami depresi, sehingga hampir tidak dimungkinkanlah bagi kita untuk mengasihi dan memperhatikan orang-orang lain. Bahkan pada saat-saat seperti itu tidak mudahlah bagi kita untuk percaya bahwa Allah (atau siapa saja) sungguh memperhatikan diri kita.
Ketika Yesus mendengar tentang ibu mertua Simon Petrus, langsung Ia pergi ke tempat tinggal perempuan itu. Yesus memegang tangan perempuan itu dan membangunkannya, lalu lenyaplah demamnya. Singkatnya, Yesus menyembuhkan ibu Simon Petrus, dan perempuan itu mulai melayani Yesus dan para murid yang hadir di tempat itu. Kuat-kuasa, otoritas dan kasih yang sungguh luarbiasa, yang diwujudkan dalam kehadiran Yesus. Tidak sesuatu pun – penyakit, dosa, roh jahat – yang mampu melawan Dia.
Markus menyajikan cerita ini dalam Injilnya untuk menunjukkan bagaimana Yesus menggunakan otoritas-Nya dengan penuh kasih. Ia sedemikian mengasihi kita sehingga Dia menjadi seorang manusia dan masuk ke dalam kondisi kita-manusia yang lemah dan terluka, lalu Dia berjaya lewat penyerahan hidup-Nya sendiri di atas kayu salib. Ia mengambil segala penderitaan kita dan memikul sendiri sakit-penyakit kita. Sekarang Ia mengundang kita menerima kasih-Nya dan kuasa penyembuhan-Nya. Sang pemazmur menulis: “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (Mzm 147:3). Yesus sungguh ingin menyembuhkan kita sedalam mungkin – dengan meningkatkan kemampuan kita untuk menerima dalam iman segala sesuatu yang dilakukan-Nya bagi kita di atas kayu salib, dengan menarik kita lebih dekat lagi kepada diri-Nya.
Karena senantiasa berjuang untuk menjadi serupa dengan Gurunya, Santo Paulus dengan tulus dan berani menulis kepada jemaat di Korintus seperti berikut: “Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat memenangkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin menyelamatkan beberapa orang dari antara mereka. Semuanya ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian di dalamnya” (1Kor 9:22-23). Apabila kita sungguh percaya kepada Yesus Kristus, maka harus turut ambil bagian dalam misteri-misteri-Nya di atas altar, dan senantiasa patuh serta taat kepada perintah-perintah-Nya. Dengan demikian, Roh Kudus akan masuk ke dalam diri kita dengan lebih mendalam lagi dan memberikan kepada kita kuasa untuk mencerminkan kasih Kristus dengan lebih penuh lagi. Yesus ingin memerintah atas segala kegiatan kita melalui Roh-Nya, untuk membuat kita mengasihi Tuhan dan melayani umat-Nya dengan kerendahan hati dan bela-rasa.
Karena diperkuat oleh kehadiran Roh Kudus dalam diri kita, marilah kita berjalan dalam otoritas dan bela-rasa Yesus. Selagi kita melakukannya, maka – berkat rahmat Tuhan – kita pun akan menerima kemampuan seperti Paulus, yaitu untuk menjadi segalanya bagi semua orang, melayani mereka dalam kasih.
DOA: Tuhan Yesus, memerintahlah atas segala kegiatan kami melalui Roh Kudus-Mu, agar kami dapat mengasihi-Mu secara total, dengan demikian mampu melayani umat-Mu dengan kerendahan hati dan bela-rasa. Oleh Roh Kudus-Mu, bentuklah diriku menjadi murid-Mu yang baik, sehingga – seperti Paulus dan Engkau sendiri – aku dapat menjadi segalanya bagi semua orang. Amin.